\\(^^)//


Hei hei !! Selamat Datang Di blog ini..^^ semoga mengedukasi dan menginspirasi yaa ..

Jumat, 10 Januari 2014

Fisiologi Udang

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TAKSONOMI UDANG

Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar. Kata Crustacea berasal dari bahasa latin yaitu kata Crusta yang berarti cangkang yang keras. Ilmu yang mempelajari tentang crustacean adalah karsinologi (Demarjati et al.,  1990 ). Jumlah udang di perairan seluruh dunia diperkirakan sebanyak 343 spesies yang potensial secara komersil. Dari jumlah itu 110 spesies termasuk didalam famili Penaidae. Udang digolongkan kedalam Filum  Arthropoda dan merupakan Filum terbesar dalam Kingdom Animalia (Fast dan Laster, 1992).
Menurut Sterrer (1986), udang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum       : Arthropoda
Kelas       : Crustaceae
Sub Kelas: Malacostraca
Ordo        : Decapoda
Family     : Palaemonoidae
                  Penaeidae
Genus      : Macrobranchium
  Caridina
                  Penaeus
                  Metapenaeus


2.2 Struktur Tubuh Udang

Tubuh Udang bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit.
Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, iaitu:
a.       pasang antenna
b.      pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya
c.       pasang maksilla
d.      pasang maksilliped
Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan kemulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak atau ‘menempel’ di dasar perairan.


 Gambar Struktur Udang



2.3 FISIOLOGIS UDANG


A. Sistem Pernapasan Udang

Arthropoda yang hidup di air, misalnya dari golongan Crustacea (udang-udangan), seperti udang dan ketam, bernapas dengan insang buku. Perhatikan Gambar 7.15. Insang buku ini tumbuh dari dasar anggota tubuh dan dinding tubuh yang berdekatan, dan menjulur ke atas ke dalam ruang brankial. Tiap insang terdiri atas sumbu sentral tempat pertautan lamela atau filamen. Aliran air dihasilkan oleh gerakan mendayung dari insang timba, yaitu suatu penjuluran berbentuk bulan sabit dari salah satu penjuluran mulut (maksila kedua). Pada udang, air masuk ke dalam ruang brankial di belakang karapaks dan di antara kaki. Selanjutnya, saluran di dalam sumbu insang membawa darah ke dan dari ruang di dalam lamela, pertukaran udara pernapasan berlangsung melalui dinding tipis lamela. Keluar masuknya udara disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur.

Gambar insang pada udang



\

Sistem peredaran darah Udang disebut peredaran darah terbuka. Ertinya darah beredar tanpa melalui pembuluh darah. Darah tidak mengandung hemoglobin, melainkan hemosianin yang daya ikatnya terhadap O2 (oksigen) rendah.


C. Sistem Pencernaan

Crustacea memiliki alat pencernaan yang lengkap. Alat pencernaannya  yaitu mulut yang terletak di bagian anterior, esophagus, lambung, usus dan anus terletak di bagian posterior Crustacea memiliki cara makan yang beraneka ragam yaitu dengan filter feeder, pemakan bangkai, herbivora, karnivora, dan parasit. Filter feeder dalam menyaring air untuk mendapatkan makanan hal ini menyebabkan mandibel (rahang) dan antenna akan berubah (berevolusi) sesuai dengan fungsinya yaitu mulut untuk menyaring air dan antena untuk melacak makanan dalam air. Pada Crustacea pemakan bangkai, herbivore, dan karnivora memiliki bagian tubuh yang berfungsi untuk mencengkram atau mengambil makanan, misalnya mandibula, maksila, dan maksiliped yang berfungsi untuk memegang, menggigit, dan menggiling makanan.
Biasanya Crustacea aktif di malam hari, pada waktu itu mereka meninggalakan tempat persembunyiannya untuk mencari makanan. Jenis yang hidup di perairan dangkal akan menuju terumbu karang, sedangkan yang hidup di perairan agak dalam akan berkeliaran disekitar tempat persenmbunyiannya untuk mencari makan.

Metabolisme pada udang dipengaruhi oleh suhu secara tidak langsung, semakin tinggi suhu air semakin tinggi 
pula laju metabolism dalam tubuh udang, yang berarti semakin besar konsumsi oksigennya. Padahal kenaikan
suhu tersebut mengurangi daya larut oksigen dalam air. Kualitas air yang baik dan kandungan nutrisi yang 
baik mendukung metabolisme dalam fisiologi udang.


Udang memiliki sistem osmoregulasi yang efisien sehingga mampu beradaptasi pada salinitas yang luas (5 – 
150 ppt). mampu meregulasi garam dan ion dalam tubuh baik secara hiper atau hipo-regulasi bergantung 
pada kondisi salinitas medianya. Pada salinitas ≈ 25 ppt, udang ini bersifat osmoconoformer. Keberlanjutan 
populasi udang ini bergantung pada kesuksesan pada setiap fase perkembangan hidup dalam beradaptasi 
pada kondisi lingkungan yang tidak konstan. Penelitian Cieluch, et.al., (2005) pada Crangon crangon 
menunjukkan pola regulasi udang ini hampir sama pada kepiting hijau Carsinus maenas, dimana terjadi pola 
regulasi osmotik pada tahap perkembangan larva. 


F. Sistem Syaraf

Susunan saraf Crustacea adalah tangga tali. Ganglion otak berhubungan dengan alat indera yaitu antena (alat peraba), statocyst (alat keseimbangan) dan mata majemuk (facet) yang bertangkai.
Alat indra terdiri atas mata majemuk, bintik mata, statocyst, proproceptor, alat peraba dan chemoreceptor. Mata majemuk terdapat pada hampir semua spesies dewasa, biasanya terletak pada ujung tangkai yang dapat digerakkan tetapi adakalanya sessil. Crustacea dengan mata majemuk yang berkembang baik mempunyai kemampuan untuk membedakan ukuran dan bentuk tetapi ketajaman penglihatannya kecil dan gambarnya kasar.
Bintik mata selalu terletak digaris menengah dan khusus terdapat pada stadium larva nauplius; terdiri atas 3 sampai 4 ocelli berbentuk mangkuk pigmen; berfungsi untuk mendeteksi cahaya. Bintik mata diperlukan hewan planktonik untuk menentukan lokasi permukaan air, dan bagi hewan peliang untuk menentukan lokasi permukaan substrat. Statocyst hanya terdapat pada beberapa kelompok Malakostraca. Sepasang statocyst biasa terletak pada pangkaal antenul, uropod atau telson. Propioreceptor merupakan alat indra otot, terdapat pada malacostraca terutama decapoda. Tiap organ terdiri atas sejumlah sel otot yang mengalami modifikasi spesial, berperan membantu mengatur kedudukan apendik, semacam indra gerak yang dirangsang oleh peregangan diantara sel otot, kontraksi otot diskitarnya. Alat peraba biasanya membentuk bulu-bulu dan tersebar di berbagai tempat pada permukaan tubuh, terutama apendik. Chemoreceptor merupakn alat indra untuk mendeteksi zat kimia, terdapat pada kedua pasang antena dan apendik mulut . Esthetasc berbentuk bulu-bulu indra yang panjang dan lembut merupakan chemoreseptor yang umum terdapat kebanyakan crustacea.

G. Sistem Endokrin


Hewan rendah yang mempunyai kelenjar endokrin ialah Cephalopoda, Arthropoda dan hewan yang lebih kompleks lainya. Pada Crustacea terdapat kelenjar sinus pada insekta ada korpus kardiakum. Kedua kelenjar tersebut sama dengan neurohipofisis (hipofisis bagaian belakang) pada vertebrata. Jadi pada dasarnya hewan rendah maupun vertebrata terdapat suatu hubungan antara sistem syaraf dengan kelenjar endokrin. Hipotisis pada vertebrata disebut kelenjar neuroendokrin.

H. Sistem Reproduksi


Kebanyakan Crustacea memiliki alat reproduksi yang terpisah (dioceous) atau terdapat individu jantan dan betina, namun pada Crustacea tingkat rendah ada yang bersifat hermaphrodit. Alat kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga dan alat kelamin jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Namun pada spesies tertentu ada yang belum dapat diketahui perkembangbiakan dan perkelaminannya.
Gonad biasanya panjang dan sepasang terletak dibagian dorsal toraks dan atau abdomen. Crustacea bereproduksi dengan mengadakan kopulasi (pembuahan). Pada proses kopulasi tersebut individu jantan biasanya memiliki apendiks yang dapat berfungsi untuk memegang betina. Individu jantan akan meletakan massa spermatoforik di bagian sternum udang betina. Peletakan massa spermatoforik tersebut berlangsung sebelum telur dikeluarkan. Pembuahan terjadi saat telur yang dikeluarkan dari celah genital ditarik ke arah abdomen oleh pasangan kaki kelima betina. Pada waktu telur tertarik ke abdomen, sperma keluar dari massa spermatoforik yang tersobek sehingga terjadi pembuahan.
Pembuahan tersebut dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Hal ini tergantung pada sifat dari spermatoforiknya. Jika spermatoforknya bersifat kental, pembuahan terjadi secara eksternal. Sedangkan spermatoforik yang bersifat cair memungkinkan untuk masuk ke dalam oviduct (saluran telur) sehingga terjadi secara internal.
Telur yang sudah menetas akan menjadi nauplius yang planktonis. Naulius tersebut mempunyai tiga pasang apendik yaitu antenna pertama, antenna kedua dan mandibula; tubuh belum beruas-ruas; dibagian anterior terdapat mata nauplius.

















3 komentar:

  1. Sumpah ini lengkap bgt... makasih atas infonya min :)

    BalasHapus
  2. Sumpah ini lengkap bgt... makasih atas infonya min :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. baik, terimakasih ya
      untuk sumbernya saya belum cantumkan :).

      semoga bermanfaat

      Hapus